Sendirian,Camping Di Telaga Cebong Dieng

Camping Di Telaga Cebong

Terdiam sejenak saya membayangkan apa yang akan saya alami selama camping di Telaga Cebong sendirian nanti,kira-kira bakal ketemu mahkluk halus gak yah !!! Atau mungkin ketemu serangga aneh yang tidak pernah saya temui sebelumnya. Saya itu paling takut dan geli kalau berjumpa apa lagi sampai tatapan mata dengan serangga-serangga yang berbentuk aneh.

Oia ini adalah kelanjutan cerita dari perjalanan Solo Backpacker saya ke Dieng,buat yang belum baca silahkan klik Solo Backpacker Ke Dieng Dengan Bus Umum

Sebenarnya cerita liburan kali ini tepat pergantian tahun 2017 ke 2018 yang lalu,cuma saya masih cupu belum percaya diri untuk menulisnya dan baru terwujud sekarang maklum blog baru,oia salam kenal dari saya. Perjalanan ini pun menceritakan liburan saya ala solo traveling/backpacker ke Dieng dengan bus umum dan berbagi pengalaman tentang camping sendirian saya demi menyaksikan langsung matahari terbit pertama di tahun 2018 di puncak bukit Sikunir.

Berbicara tentang camping di alam bebas pasti semua suka apalagi membawa keluarga atau pasangan yang bisa menghangatkan jiwa. Namun apa yang terjadi jika memutuskan untuk camping seorang diri. Sugestinya pasti takut apalagi kalau campingnya di tengah-tengah hutan tanpa ada orang di sekitar kita. Boro-boro untuk mencobanya ? untuk memikirkannya saja sudah down duluan. Cuma ada satu manusia yang bisa melakukan itu. Ialah Tarzan aaauuuuuooooooo yang berani hidup sendiri di tengah hutan,bahkan lebih anti mainstreamnya lagi. Tarzan tidak camping dengan tenda melainkan camping di atas pohon.

Camping rame-rame itu pasti seru abis,dalam satu team kita bisa menghabiskan momen ruang outdoor bersama-sama,memandangi langit yang penuh bintang bersama-sama,melakukan banyak hal gila bersama-sama. Dan biasanya pasti membagi tugas masing-masing,seperti tugas memasak,mengambil air,mencari kayu kering buat api unggun dan sebagainya. Untuk masalah ke amanan dan potensi bahaya pun bisa di tekan jika camping bersama-sama.

Tapi,saya percaya. Dalam dunia percampingan sebetulnya tidak ada aturan kalau camping itu harus di lakukan secara bersama-sama. Malah ada baiknya kita mencobanya untuk pergi camping sendirian. Setidaknya sekali seumur hidup. Cateeeett !!!!

Akhirnya atas dasar itu saya ingin menciptakan pengalaman baru. Tapi tenang dulu,camping  sendirian yang saya lakukan ini bukan di tengah hutan atau gunung yang biasa di lakukan pada saat kita mendaki. Melainkan Camping di sebuah tempat khusus yang di sediakan oleh pengelola. Jadi jangan takut ketemu hewan buas ataupun bertatapan langsung dengan mpuknya hutan (Tarzan). Di jamin. Barang siapa yang mencoba camping disini pasti bakal teriak lagi lagi lagi dan lagi. Nama tempat untuk camping itu ialah Telaga Cebong Desa Sembungan Dieng.

“Namanya unik yah bang…!!! Cebong kan sahabatnya kodok. Wooooyy bukan sahabat kodok tapi sesepuhnya kodok, Eaaaallaah sesepuh,sebelum menjadi kodok kan harus jadi kecebong dulu kan bang !!!”

Sejarah Telaga Cebong !!!

Telaga Cebong merupakan sebuah telaga vulkanik yang terbentuk dari letusan Gunung Prau Purba sejak ribuan tahun yang lalu. Selain berguna untuk keperluan wisata,Telaga Cebong juga sering di gunakan sebagai sumber air oleh para petani setempat. Telaga Cebong tersebut berada di desa teritinggi di Pulau Jawa,tepatnya nama desa itu ialah Desa Sembungan.

Perjalanan Menuju Telaga Cebong !!!

Setibanya saya di Dieng lebih tepatnya tugu Dieng,saya berencanana untuk mampir dahulu sebentar untuk mampir ke komplek Candi Arjuna,sekalian kangen dan mau peluk mesra candi tersebut sambil mengingat memori 2015 yang lalu,dimana saya bisa menjadi Tour Leader yang membawa rombongan trip Dieng dari Jakarta meskipun hanya membawa 5 orang hahahaha. Tapi langkah saya terhenti ketika mendengar celetukan manis dari bibir pengunjung lain yang katanya ???

“Nanti malam ada acara pelepasan lampion loh…. dan perayaan pergantian tahun dengan hiburan musisi band lokal Dieng”

Kayaknya seru nih Jadi ingat event Dieng Culture Festival ??? Bagaimana jika nanti malam saja saya kembali ke sini lagi,pikir saya !!!! Oke akhirnya saya tidak jadi melepas rindu dengan sang Arjuna,tapi tenang nanti malam saya akan datang kembali dan membelai mu.

Camping Di Telaga Cebong
Kenangan 2015 @Candi Arjuna

Itinerary Yang Hilang !!!

Jauh-jauh sebelum hari H,saya sudah menyiapkan itinerary saya disana mau kemana saja. Selain itinerary utama saya Camping di Telaga Cebong dan menikmati matahari terbit pertama di tahun 2018 Golden Sunrise di Sikunir. Saya juga memasukan beberapa daftar list yang akan saya kunjungi.

  • Komplek Candi Arjuna
  • Batu Ratapan Angin
  • Jembatan Merah Putih
  • Telaga Warna
  • Petak 9
  • Kawah Sikidang

Jadi saya akan menyewa motor yang akan saya gunakan untuk mengeksplore Dieng. Sesuai dengan perjanjian dengan pihak penyedia jasa penyewaan motor,deal 75K untuk durasi 12 Jam. Harga tersebut harga normal dan memang masih masuk akal. Namun harga itu berubah secara mendadak ketika saya sudah tiba di Dieng. Saya menghubungi pihak penyedia tersebut ketika  mau langsung saya pakai untuk eksplore Dieng. Dari harga kesepakatan 75K berubah menjadi 150K untuk 12 jam. Nah loh….? Kok gak ngomong di awal sih Mas bro,malah dadakan kaya begini. Tau begini kan saya bisa mati gaya,rencana saya mau pose-pose begini begitu di tempat wisata yang akan saya kunjungi bisa gagal total. Kenapa gak melakukan pemberitahuannya dari awal,kalau dari awal kan saya bisa cari jasa penyewaan lain. Alasannya begini ???

“Map mas…..saya tidak tahu posisi mas ? sekarang itu long weekend apa lagi malam pergantian tahun. Terus yang mencari sewa motor bukan mas aja !!!! Mas cari tempat lain aja yang sesuai dengan dompet mas”

Baca juga : Solo Backpacker Ke Semarang

Saya juga tau kalllleeessss kalau sekarang malam pergantian tahun,bukan malam pertama. Okelah saya juga bisa jalan kaki tanpa harus menyewa motor nada kesal. Selang berapa menit Eh..capek juga ya jalan kaki apalagi beban tas yang saya bawa ini ukuran tas caril 85L. Sambil mengendong tas yang berat dan berharap ada orang baik yang mau meberikan saya tumpangan. Justru malah banyak tukang ojek yang suit-suit manja ke saya sambil menwarkan jasanya.

“Ayo mas mau kemana ? ta antar yooooooooo…..”

Pakai jasa ojek gak yah. Jadi ingat cerita teman pernah naik ojek dari Dieng ke desa Sembungan itu kena 75K sekali jalan woooww mahal syeeekkaallii seperti itukah ojek jaman now. Akan tetapi dari pada saya capek dan harus mengejar waktu,lebih baik saya putusakan mencoba untuk menawar. Penawaran kali ini bener-benar sengit,lebih sengit dari pilpres 2015 yang lalu.

“Pak deh,sampai Desa sembungan piro pak deh,ucap saya. 80 ribu mas,jauh loh mas 15 kilo,memang sudah tarifnya segitu…..

“Yang bener aja pak deh pura-pura bego acting sedikit seakan-akan ini pertama kalinya saya ke Dieng. Gak bisa kurang pak deh,Ucap saya sambil memelas !!! 75 mau…kata Pak deh tukang Ojek ???

Anjiiirrrr cuma turun goceng !!!! Kurangin lah pak deh masa segitu makin memelas….!!!

“60 ribu mau gak ?? Tawaran Pak deh. Masa segitu mahal banget ????? Saya sengaja tidak menawarkan harga hingga sampai di angka 40 ribu”

Pak deh pun masih memberikan harga 50 terus turun 45 dan deadlock di angka 40 ribu. Masih mau gak mas,kalau ndak mau cari ojek yang lain ajah. Nah kesempatan saya buat menawar dengan jurus andalan yaitu berbohong.

“Pakdeh baru saja saya kemarin baru dari sini,saya naik ojek sampai desa Sembungan itu cuma 25 ribu padahal bohong masa sekarang saya kena 40 ribu. Bagaimana Pak deh mau gak 25 ribu,kalau gak mau ya sudah saya cari ojek lain sambil jalan kaki meniggalkan tukang ojek tersebut. Tiba-tiba saya di panggil lagi,Pakdeh tukang ojek tersebut langsung minta pendapat ke tukang ojek yang lain.dan taraaaaaaa deal 25 ribu hahahahahahah. Dari pada saya jadi korban modus lebih baik saya yang modus”

Dengan di antarkannya saya sampai desa Sembungan oleh tukang ojek tersebut. Otomatis itinerary saya hilang seperti berkunjung ke Batu Ratapan Angin,Petak 9 dan lain-lain. Dalam perjalanan cuma bisa menahan hasrat untuk bisa selfie gembira di tempat tersebut. Padahal ini yang ke 3 kalinya saya ke Dieng,namun belum sempat ke tempat tersebut,pikir saya mungkin besok masih ada waktu untuk mengejar itinerary yang hilang hari ini.

Menyesal……Tukang Ojek Yang Saya Anggap Sebagai Tour Guide !!!

Apa sih makna perjalanan tanpa melakukan sebuah riset,jangan hanya riset di Google aja kita harus juga melakukan riset langsung dengan penduduk lokal. Biar kita lebih tahu fakta yang sebenarnya bukan fakta yang kita dapat dari dunia maya. Sepanjang perjalanan si Pak Deh tukang ojek banyak bercerita tentang Dieng. Mulai dari sejarah,potensi wisata,hingga jenis tanaman,kuliner,dan lain-lain. Di moment itu saya dapat pengetahuan lebih banyak lagi tentang Dieng,kebetulan yang saya dapat itu langsung dari sumbernya penduduk lokal. Pak deh tukang ojek juga bercerita kalau nanti malam ada acara perayaan pergantian tahun di komplek Candi Arjuna, Jadi jangan lewatkan mas,kalau sempat datang aja,gratis ini kok mas. Cerita dari pakdeh tukang ojek sama persis apa yang saya dengar dari wisatawan lain sebelum saya mau ke Candi Arjuna.

“Matur Suwon Pakdeh infonya….”

Saat ini saya lagi penasaran dengan Telaga Cebong,saya tau Telaga Cebong bisa di jadikan tempat camping ketika saya baru turun dari Sikunir 2015 yang lau.

“Lah… tau di Telaga Cebong bisa camping,ngapain juga kita mesti mahal-mahal nyewa homestay segala,tau begini kita bawa tenda terus camping disni”

Itu pikiran saya 2015 yang lalu karena kurang riset sebelum melakukan perjalanan. Karena penasaran ingin mencoba camping disini,makanya saya memasukan camping di Telaga Cebong sebagai itinerary utama saya.

Pak deh tukang ojek dengan senang hati menceritakan sejarah Telaga Cebong. Kata beliau,dahulu di Telaga Cebong itu banyak kodoknya makanya warga setempat menamakan telaga ini dengan nama Telaga Cebong.

“Ooohh jadi banyak yang membudidayakan Kecebong donk Pakdeh…???”

Eit ntar dulu,budidaya kecebong sambil mikir keuntungan nya apa an yah…Pakdeh malah tertawa,Pakdeh tukang ojek juga dengan baiknya mengantarkan saya ke spot terbaik untuk mendirikan tenda.

“Kalau ternyata endingnya begini saya menyesal telah bohong ke beliau biar bisa dapat harga 25 ribu. Terima kasih Pakdeh semoga di beri kesehatan terus dan di mudahkan rizkinya Amin…

Kenalan Dan Bertemu Dengan Superhero !!!

 Sugesti saya camping sendirian di Telaga Cebong ialah takut bagaimana nanti saya mendirikan tenda,rasanya terlalu sulit untuk mendirikan tenda seorang diri. Coba bayangkan ? Kita memasukan frame demi frame lalu menancapkan pasak dari 4 sudut berbeda ke dalam tanah biar tenda tegak berdiri tanpa bantuan orang lain.
 “Ya sudahlah tidak usah di pikirkan,sekarang cari lahan saja dulu,kalau lahan sudah dapat tinggal minta bantuan orang lain untuk mendirikan tenda”
Mengikuti arahan Pakdeh tukang ojek menuju spot yang cakep untuk mendirikan tenda,sayangnya sudah penuh oleh pengunjung lain. Lalu saya muter-muter mencari spot lain barang kali masih ada lahan tersisa buat saya. Penafsiran saya mungkin sudah ada 50 tenda lebih yang berdiri.
Camping Di Telaga Cebong
Camping Di Telaga Cebong
For Your Information : Untuk mendirikan tenda di Telaga Cebong ini sangat berbeda di bandingkan biasa kita mendirikan tenda di gunung pada umumnya. Kalau disini cuma ada lahan berupa bibir atau pinggir Telaga yang di sediakan untuk mendirikan tenda. Selebihnya merupakan ladang para penduduk.

Ada yang bikin kesal,yaitu ulah para pengunjung yang membawa motor masuk ke dalam area camping. Padahal jika mereka tertib dan sadar,Itu bisa di pakai untuk mendirikan tenda buat pengunjung lain. Pihak pengelola juga berkali-kali teriak dengan toa dari kejauhan. Dilarang membawa motor atau memarkirkan motor di area camping,sayangnya himbauan tersebut tidak di indahkan oleh pengunjung lain.
Pikir saya,karena berat jika mencari lahan sambil menggendong tas caril,lalu saya putuskan untuk mencari warung sambil menitipkan tas.
“Ngoffee dulu ah sambil menikmati pemandangan Telaga Cebong yang sedang berkabut”
Camping Di Telaga Cebong
Suasana Camping Di Telaga Cebong
Dalam satu warung tersebut saya mengobrol dengan pengunjung lain,kita pun berkenalan dan pas banget dia juga lagi camping di Telaga Cebong sudah 3 hari malah dia camping disini. Saya bercerita kalau saya sulit mencari lahan untuk mendirikan tenda. Dengan baik hati dia langsung mengantarkan saya menuju tendanya dan menyiapkan lahan untuk saya mendirikan tenda,dan lahan itu ialah lahan yang dia pakai untuk parkir motor sebelumnya.
“Yang kaya begini nih,setelah melihat orang kesulitan mencari lahan baru deh tersadar…!!!”
Dia juga membantu saya untuk mendirikan tenda,setelah tenda berdiri saya langsung di ajak makan olehnya dan disuruh mencoba mencicipi masakannya.
“Saya menyebutnya dengan You Are My Superhero…!!!
Nama dia adalah Wanda Backpacker asal Padang Sumatra,dia banyak cerita pengalaman dia dari Padang hingga sampai kesini. Dan ternyata dia sedang menyelesaikan misi Touring Sumatra-Jawa-Bali-Lombok. Perjalanan misi tersebut ia lakukan berdua deNgan adiknya.
Camping Di Telaga Cebong
Saya Dan Uda Wanda
”Pas banget dia bawa motor,kali aja bisa saya pinjam untuk entar malam ke Candi Arjuna”
 Bang !!!! Saut saya ? Nanti malam abang mau kemana ?? Dia menjawab,tidak kemana-mana ? mang kenapa ??
Kalau boleh saya pinjam motornya bang,katanya nanti malam ada acara di Candi Arjuna ? Ayo bang ikut dari pada malam tahun baruan disini bang !!!
Pakai aja bro !!! Gue juga gak kemana-mana bro,paling gue stay disini aja bro !!!
YESSSSS !!! beruntung di pertemukan orang seperti ini,kejutan tidak terduga yang tidak saya bayangkan sebelumnya”
Semakin sore cuaca semakin dingin dan berkabut,iya mungkin lokasi Telaga tersebut berada di Desa Sembungan Dieng yang merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa atau biasa di sebut desa di atas awan. Sensasi yang sangat berbeda sekali yang belum pernah saya rasakan sebelumya.
Camping Di Telaga Cebong
Mulai Di Penuhi Pengunjung
Melihat situasi saat itu,mulai di padati oleh para pengunjung bahkan sampai ada yang mendirikan tenda di area kusus parkir maupun di area ladang milik para penduduk. Saya juga melihat mereka yang tidak kebagian tempat banyak yang mengelar cuma beralaskan matras dan sleeping bag saking padatnya waktu itu. Kebanyakan mereka datang pada membawa pasangan, saya jadi iri sekali melihat kemesraan mereka. Tut,tuuutt,tuuuuutttt suara HP lowbet terdengar dari kantong celana bahkan suara itu sampai terdengar di telinga si Uda Wanda. Dia menyarankan saya ke warung untuk mencharger kembali HP saya yang lowbet,katanya di warung-warung tersebut menyediakan colokan untuk para pengunjung asal kita modus dengan jajan di warung tersebut. Sebenarnya saya bawa powerbank sih,tapi sayang kalau di pakai. Mending saya pakai besok untuk perjalanan pulang kembali ke Jakarta.
Sambil menunggu batre penuh,siapa saja yang jajan di warung tersebut saya ajak ngobrol dan kenalan guna menghilangkan rasa kesepian saya ha-ha-ha pokoknya siapa aja ? mau yang jajan,tukang parkir,pemilik warung semua saya ajak ngobrol.
“Trik solo backpacker/solo Traveling jangan takut atau malu untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar…”
3 jam lebih lamanya sampai habis 2 cangkir kopi dan mie rebus saya habiskan di warung itu sambil cuap cuap dengan pemilik warung,pas saya mau bayar ? Ternyata saya cuma mengeluarkan uang sebesar 10 ribu saja. Oh my goods murah bangetttt jadi kalo di hitung-hitung dua cangkir kopi seharga 6.000 dan semangkok mie rebus 4.000 total 10.000 dan gratis untuk mencas handphone.
“Biasanya kan kalau di tempat-tempat wisata itu harga jajajan pasti mahal ? Tapi apa yang saya alami kali ini justru bikin saya kagum dengan penduduk sekitar,mereka tidak menfaatkan situasi demi mendapatkan keuntungan yang banyak,saluuutttt
Mendengar Suara Rintihan Ghoib Dari Tenda Sebelah !!!
Berlama-lama di luar membuat saya kedinginan,lalu saya kembali ke tenda untuk menghangatkan badan. Tau tau pas sampai tenda si Uda Wanda sedang menyalakan api unggun yang membuat suasana semakin hangat. Bahkan si Uda kembali membuatkan masakan untuk kita makan bersama padahal saya sudah makan,tapi si Uda memaksa saya,ya saya terima mumpung gratis.
Camping Di Telaga Cebong
Makan Bersama
Malam itu bener-bener malam yang indah buat saya,selain saya mendapatkan cuaca yang cerah tapi berkabut,saya juga melewati nya dengan antusias yang luar biasa hingga saya lupa kalau malam ini malam tahun baru,malam dimana orang-orang menghabiskan waktu bersama pasangan ataupun keluarga. Justru saya menghabiskan nya dengan camping sendiri di tempat ini,eh gak sendiri sih…?? Ada Uda Wanda beserta adiknya yang menemani saya malam itu. Masih ada beberapa jam lagi sebelum jam 00.00 pergantian tahun. Rencananya mau merayakan malam tahun baru 2017-2018 di Candi Arjuna,sebenarnya rencana itu tidak ada di itinerary saya ? Namun setelah mendengar info dari pengunjung lain dan Pakdeh tukang ojek. Saya jadi penasaran dan ingin merasakan dan menyaksikannya langsung. Kebetulan Uda Wanda dengan baik hati mau meminjamkan motornya untuk saya menuju ke Candi Arjuna.
Saya pun meminta kunci motornya dan langsung masuk kembali ke dalam tenda untuk siap-siap seperti ganti baju,dandan,pake pewangi biar keliatan lebih keceh. Namun ketika saya ganti baju,terdengar suara bisikan ghoib ? Suara rintihan perempuan dari tenda tepat di belakang saya,yang saya tau tenda tersebut di isi oleh pasanga ABG.
“Apa yang mereka perbuat ya ? Ah mungkin mereka lagi mesum atau mungkin juga pasangan itu lagi upacara penurunan bendera,atau mungkin juga mereka lagi bermain petak umpet”
Dengan inisiatif dan solidaritas yang tinggi saya pun tidak mau menganggu jam sibuk mereka. Saya cuma teriak Auoooo,eheeeemm-eheeem saja di dalam tenda biar mereka sadar kalo suara rintihan bisikan ghoib dari mereka itu menganggu konsentrasi saya hahahaha.
Dieng Culture Festival Dadakan Dengan Tema Malam Pergantian Tahun !!!
Dari dulu pengen banget bisa menyaksikan langsung acara event internasional yang di adakan tiap 1 tahun sekali di awal bulan Agustus. Ialah event Dieng Culture Festival atau biasa di singkat DCF,cuma DCF yang saya saksikan ini bukan DCF yang di adakan tiap bulan Agustus. Melainkan acara yang mirip DCF yang di adakan pada perayaan malam pergantian tahun dan itu gratis. Satu jam sebelum malam pergantian tahun saya langsung bergegas ngebut menuju komplek Candi Arjuna. Cuaca dan hawa yang dingin tidak menghalangi niat saya untuk merasakan moment tersebut. Untung saja saya tidak terlambat ? Terlihat sudah banyak para wisatawan berkumpul untuk merayakan malam pergantian tahun kali ini. Saya dengan pedenya ikut berkumpul dan menyatu dengan mereka. Tidak ada yang saya kenal,tapi buat saya mereka bukan orang asing.

Malam itu bener-bener malam yang spektakuler dan untuk pertama kalinya saya melihat entah berapa jumlahnya lampion berterbangan di langit yang penuh bintang,serta di bumbui suara berbagai macam terompet,klakson motor,hingga petasan kembang api.
“Malam yang tak akan pernah saya lupakan. Melewatkan malam pergantian tahun tanpa teman,kerabat ataupun kekasih,tapi saya bisa melaluinya dengan penuh kebahagian dan ada rasa terharu sedikit MEWEK mengingat apa yang sedang saya lakukan disini”
Norak,iya saya norak soalnya baru kali ini bisa liat lampion langsung hehehe. Saya juga tidak berlama-lama disini mengingat nanti di itinerary selanjutnya ? Jam 3 pagi saya harus bangun untuk mengejar dan melihat matahari terbit pertama tahun 2018 di puncak bukit Sikunir yang sudah populer dengan sebutan Golden Sunrise Sikunir.
Karena takut terjebak macet dan tidak bisa jalan,saya langsung putuskan kembali ke tenda Telaga Cebong guna menyiapkan stamina untuk tracking Sikunir nanti. Jadi saya masih pny waktu 3 jam untuk saya istirahat.
Informasi buat yang mau mencoba camping di Telaga Cebong
 Sebenarnya orang-orang yang memutuskan camping di Telaga Cebong ialah orang-orang kere yang tidak punya duit untuk menyewa homestay termasuk saya hahahaha. Spot camping area di Telaga Cebong itu di siapkan oleh pengelola untuk para pengunjung yang ingin menikmati Golden Sunrise Sikunir. Untuk tracking bukit Sikunir sendiri di buka jam 3 pagi oleh pengelola,jadi ada larangan mendirikan tenda di sepanjang jalur trackig Sikunir.
Kalau mau berhemat tanpa menyewa homestay,camping di Telaga Cebong adalah pilihan tepat dan jangan lupa membawa peralatan camping.


Disana juga banyak kok yang menyewakan tenda,kalau gak salah 1 tendanya itu 150 ribu per malam,belum termasuk matras,kompor dan lain-lain.

Tiket masuknya juga murah,cuma 10 ribu saja dan 5000 untuk parkir kendaraan. Kalau yang mau camping kena tambahan 10 ribu per tenda sudah termasuk uang kebersihan. Dan dilarang membawa minuman keras,berbuat asusila dan merusak tanaman ataupun mencemarkan Telaga Cebong.



Selain camping,disini juga ada perahu yang bisa sobat sewa untuk keliling Telaga Cebong,atau pun bersantai ria sambil menikmati keindahan sisi lain desa Sembungan Dieng.

Untuk fasilitas sudah tersedia Mushola,toilet,parkir dan charger HP area yang banyak disediakan oleh pemilik warung. Dan yang paling utama lagi jika sobat ingin mencoba camping disini serta ingin masak memasak,sangat tidak di anjurkan mengambil air di Telaga ataupun mengambil air dari Mushola. Air di Telaga Cebong kondisinya tidak layak di konsumsi karena kotor dan keruh. Waktu itu saya melihat banyak pengunjung yang camping mengambil air di Mushola untuk memasak,karena yang saya tahu air di Mushola tersebut memanfaatkan air dari telaga itu juga walaupun sudah di pakai selang penyedot lengkap dengan filter penyaring. Demi kesehatan dari pada cacingan mending beli botol air mineral yang banyak di jajakan oleh pemilik warung.
Bagaimana ? Apakah tertarik ingin mencoba camping di Telaga Cebong.
loading…

35 thoughts on “Sendirian,Camping Di Telaga Cebong Dieng

  1. gak mesti kere kok 😀
    Biar ngerasain alam aja, soalnya kalau menikmati homestay mah udah biasa. Siapa aja bisa

  2. kirain saya campingnya bener bener sendirian dipinggiran telaga tanpa ada seorangpun ternyata di komplek perkemahan,.. hehe.. tapi manteblah kalo sendirian
    Salam kenal 🙂

  3. Pengen banget sih camping sendiri, tapi ndak punya alat camping. Hehe… Dan lagi sebagai perempuan, saya prioritas harus memikirkan keamanan.

    Keep travelling!

  4. Wahaha, modusin tukang ojeknya lucuuuk.. Duuuh ya, besok2 aku gitu deh😂😂😂
    Aku baru sekali ngcamp di tlaga cebong 🙂

  5. Camping di situ enggak harus kere, tapi karena memang pemandangannya luar biasa.. dan bisa hemat, hihihi

  6. Ah jadi kangen ke Dieng lagi.
    Alam Dieng emang ga ada matinya, semuanya bagus.

    btw, pergantian tahun 2017-2018 kemaren aku juga camping sendirian ke gunung Sunda. dan baru di tuliskan beberapa bulan setelahnya haha.
    Walaupun agak sepi di tenda tapi ternyata tidak semelarat itu kok. Justru Aku bisa lebih dekat dengan diri sendiri.

  7. Waduh seru juga ya ka camping sendirian gini. Kalau aku belom berani hahaha. Terakhir camping di bromo sm teman-teman kerja, yang rame aja serem. Hehehe perlu dicobain nih, minimal berdua suami klo skrg

  8. Kayak suami saya hobinya jalan2 atau naik gunung. Buat beliau itu me timenya. Hanya saja karena sekarang udah nikah jadi ga bisa sebebas dulu klo jalan2. Hihihi. Klau masih belum nikah beliau juga tipe yang berani juga kemping sendirian hihihi

  9. hahahha. triknya keren, bisa tuh buat modus in tukang ojek di tempat wisata. emang masalah umum back paker ya di transportasi, kalau gk cerdas nawar bisa kena kibul kita

    BTW seru cerita pengalamannya, pengen sekali-kali ikut 😀

  10. Oalaaah ini telaga yg deket ke arah kalo mau naik ke sikunir yaaaa. inget aku skr. Pas naik dulu memang melihat ada telaga dan banyak tenda tp wkt itu ga tau namanya telaga cebong. 🙂

  11. Aku pernah ngecamp jg di Telaga Cebong ini, tp ya ga sendiri jg sih. wkwkwkwk Mayan beku sih, tp paginya enak mo naik ke Sikunir sambil nenteng gorengan & kentang, ehehee

  12. Jurus tawar menawarnya pake jurus mautnya ibu2 di pasar tuh hahahahahaha, tapi boleh juga idenya buat para backpacker kayak kita2 gini 😀

  13. saya liat perjalanannya semua rata2 solo alias sendiri yah ala backpacker.. kereeen nih bisa dapat banyak pengalaman dan tantangan kalo sendiri

  14. haduuuhhhh jadi kangen banget sama dieng hahaha.. emang gak bisa dibohongin ya dieng itu menitipkan rindu dengan caranya sendiri hahaha

  15. Mantep pemandanganya, kapan ya bisa mampir kesana lihat dan merasakan pemandanganya secara langsung hehe

  16. mas kalo saya berdua sama istri mau ke telaga cebong itu akses transportasinya apa ya? masak naik ojek bertiga heehehehehe

    dan kalo dari telaga cebong mau ke bukit sikunir itu harus naik angkot lagi apa timggal jalan ?

  17. I’m really impressed with your writing skills and also with the layout on your weblog. Is this a paid theme or did you customize it yourself? Either way keep up the excellent quality writing, it is rare to see a nice blog like this one today..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *