Melakukan pendakian Gunung salah satunya untuk mengejar matahari terbit menjadi aktivitas menarik dilakukan saat New Normal. Kini banyak orang yang ingin menghirup udara bebas setelah tiga bulan terkurung di rumah ketika pandemi Covid-19 melanda dunia. Kegiatan mendaki gunung menjadi pilihan, sama halnya dengan yang kulakukan. Menantikan matahari terbit atau Sunrise dari Pos Ghober Hoet Gunung Papandayan. Dan ku menyebutnya sebagai Wisata Bales Dendam.
Rencana terpendam itu sudah disusun sebelum Covid-19 melanda. Setelah sekian lama terpendam, ku mendengar pemerintah Kabupaten Garut kembali membuka wisata dengan peraturan ketat protokol kesehatan, salah satu lokasi yang telah di buka ialah Gunung Papandayan. Mendengar kabar baik itu, ku buka kembali itinerary yang sudah disusun. Mencari waktu dan berangkat!!!
Saking ingin wisata bales dendam, dua hari dua malam kuputuskan. Camp David dan Sunrise Camp Ghober Hoet menjadi target.
Berikut itinerary yang kubuat, semalam di Camp David dan malam berikutnya di Pos Ghober Hoet Gunung Papandayan
Menikmati malam di Camp David sebelum menuju Pos Ghober Hoet esok hari
Camp David adalah lokasi camping ground yang terletak disebelah area parkir Gunung Papandayan. Lokasi ini kerap dijadikan sebagai kemah keluarga. Selain untuk berkemah, di lokasi ini tersedia Villa yang bisa di sewa. Areanya cukup luas, tapi sayang lokasi untuk berkemah berdekatan dengan Villa. Jadi kesan privaci tidak bisa didapatkan.
Alasan memilih bermalam di Camp David dengan menggunkan tenda karena ingin santai dan tidak dikejar waktu. Dua hari dua malam yang kuputuskan karena ingin benar-benar menikmati perjalanan ini. Jarang pendaki yang memutuskan bermalam di Camp David, kebanyakan yang bermalam disini para anggota keluarga atau Family Camp. Umumnya para pendaki memutuskan camping di Pos Ghober Hoet dengan bonus matahari terbit atau menghabiskan malam di Pos Pondok Salada yang dikelilingi bunga Edelweise.
Baca Juga : Masih Alami dan Sepi Pendaki, Gunung Kerenceng Wajib Kamu Coba
Tracking! Camp David – Kawah – Pos Sunrise Camp Ghober Hoet. Melelahkan!!!
Melewati malam yang dingin dan menyambut pagi di iringi suara ramai pengunjung. Suara keramaian itu membangunkan pagiku. Keluar tenda dan melihat kerumunan orang yang mulai berdatangan. Mereka yang datang bukanlah pengunjung camping, melainkan non camping. Hanya sekedar foto-foto dan melihat-lihat. Benar saja dugaanku, bermalam di Camp David tidak sangat di rekomendasikan jika kamu sedang mencari ketenangan.
Melihat jam sudah mendekati siang, memutuskan untuk bersiap meninggalkan Camp David untuk menuju Kawah.
Jarak antara Camp David menuju Kawah tidak terlalu jauh, hanya 700 meter. Tapi beban tas yang dibawa, perjalanan itu terasa berat dan lama. Entah berapa kali memutuskan untuk berhenti dan ambil nafas.
Meskipun kontur track dari Camp David menuju Kawah beraspal dan telah dibuat tangga-tangga khusus, tetap saja mendaki Papandayan terasa melelahkan. Namun lelah mendaki tak akan terasa karena sepanjang perjalanan akan menikmati keindahan Kawah Gunung Papandayan. Sementara disekitarnya dikelilingi perbukitan hijau yang menyejukan mata.
Baca Juga : Alun-Alun Kuta Genggelang Gunung Bunder, Lokasi Camping Ground Hits di Bogor
Kawah – Sunrise Camp Pos Ghober Hoet, santai tapi pasti
Dari Kawah menuju Pos Sunrise Camp vegetasi mulai berubah, sebelumnya area terbuka kini memasuki area rimbun pepohonan. Kontur tracknya pun berubah, dari bebatuan dan kerikil sekarang memasuki jalur tanah kering dan akar pepohonan.
Bahagianya lagi, terdapat banyak bonus. Santai tapi pasti hingga sampai juga di Pos Ghober Hoet. Total estimasi 3 jam perjalanan. Lama juga yah…!
Ghober Hoet adalah pos sebelum menuju pos Pondok Salada dan Hutan Mati. Lokasi ini tidak seramai pos Pondok Salada. Padahal disini merupakan spot terbaik menantikan matahari terbit, entah kenapa lokasinya tidak menjadi favorit untuk bermalam.
Meskipun bukan puncak, dari area berkemah kita bisa melihat langsung Kawah Gunung Papandayan, Gunung Cikurai dan bonus matahari terbit.
Puncak dari pelarian, menyaksikan matahari terbit dari Pos Ghober Hoet
Setibanya di area camping, aku langsung mencari spot terbaik mendirikan tenda. Tapi sayangnya tidak kudapatkan karena sudah lumayan ramai. Hingga akhirnya mendapatkan spot yang terletak agak jauh dari titik melihat matahari terbit.
Menikmati detik-detik matahari terbit memang menyuguhkan pemandangan yang menakjubkan dan penuh makna. Bahkan, ada pendapat. Menikmati sunrise cenderung memiliki makna filosofis selalu melihat jauh ke depan dan bersikap optimistis. Selain itu, sunrise sering diidentikan dengan semangat dan harapan baru.
Tanpa terasa pagipun tiba, terdengar suara riuh pendaki yang sudah tidak sabar menantikan moment indah itu. Ku nyalakan kompor, buat kopi, hangatkan badan sebelum berkumpul dengan pendaki lain untuk menyaksikan matahari terbit.
Angin malam Gunung Papandayan tiada henti-hentinya berhembus, mendorong aku untuk tetap berdiri. Sinar mentari yang mulai menyinari dan dan kabut tipis yang mengililingi, tak mampu menutupi keindahannya.
Tidak ada janji yang pasti selain matahari yang terbit setiap hari. Dari Sunrisecamp Ghober Hoet, tak ingin melewatkan moment yang belum tentu terulang lagi, hasratku jelas. Menghadirkan keindahan ini kepada sejuta pasang mata.
Menikmati matahari terbit dari pos Ghober Hoet bisa kamu jadikan alternatif wisata di era New Normal. Yang utama tetap patuhi protokol kesehatan dan ikuti semua peraturan yang berlaku. Jadi bagaimana… Ingin mencobanya? Seperti catatan perjalanku yang ku sebut sebagai wisata bales dendam.